Pages

Subscribe:

Pages - Menu

cursor

Rotating X-Steel Pointer

crazyfrog

Senin, 23 Januari 2012

UJI KEKUATAN TARIK DAN MULUR BENANG

UJI KEKUATAN TARIK DAN MULUR BENANG PER HELAI
DENGAN ASANOMETER

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud :

Praktikan mengerti cara menguji kekuatan tarik benang per helai
Tujuan :

Praktikan kemampuan menjelaskan cara uji kekuatan tarik dan mulur benang per helai
Praktikan mampu kemampuan menjelaskan macam-macam alat uji kekuatan tarik dan mulur benang per helai
Praktikan mampu melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur benang per helai

TEORI DASAR

Kekuatan benang hasil pintal dari serat-serat stapel, baik serat kapas maupun sintetik dipengaruhi oleh faktor-faktor : panjang stapel, kehalusan serat, kekuatan serat, antihan dan gintiran, kerataan, distribusi panjang serat, dan pengerjaan finish serat secara kimia terutama pada serat sintetik. Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan benang adalah regain benang, letak serat dan mulur serat individu.

Sebagai contoh kalau dua serat yang sama kuatnya diberi antihan bersama, yang satu kendor dan yang lain tegang, maka serat yang tegang menahan beban dan kekuatan pasangan serat adalah hanya kekuatan yang menahan saja. Demikian pula serat yang banyak beda mulurya bila dicampurkan, maka serat yang mulurnya rendah akan putus lebih dulu, maka kebanyakan benang yang dipintal dari campuran serat yang sangat jauh beda mulurnya memiliki kekuatan yang lebih rendah daripada benang yang dibuat dari masing-masing serat itu sendiri.

Pada garis besarnya ada dua macam pengujian kekuatan benang, yaitu pengujian kekuatan per berkas atau per lea dan pengujian kekuatan per helai. Secara internasional, kekuatan per lea digunakan untuk menentukan kekuatan benang kapas, dengan cara penarikan benang yang panjangnya 1 lea (120 yard) hasil penggulungan pada kincir sebanyak 80 kali (tiap putarannya = 1,5 yard). Dalam pelaksanaan pengujian untaian benang itu diterapkan pada dua buah pemegang (spool) dari mesin penguji kekuatan tarik, dengan jarak dari kedua spool sekitar 27 inci. Pada cara pengujian kekuatan per helai, tiap benang dijepit dengan jarak 20 cm sampai 50 cm.

Hasil pengujian kekuatan tarik per lea biasanya dilaporkan dalam satuan pound sedangkan hasil pengujian per helai dalam satuan pound, ounce atau gram. Meskipun pada pengujian per lea terdapat 160 helai benang yang mendapat tarikan bersama, tetapi tidak berarti kekuatan yang diperoleh sama dengan 160 kali hasil kekuatan per helai. Kekuatan per lea relatif selalu lebih rendah daripada kekuatan yang diperoleh dengan cara pengujian per helai, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada waktu pengujian per lea saat diberi beban akan ada helai-helai benang yang lebih dulu putus karena ketidak rataan benang atau karena tegangan yang tidak sama. Jika 1 helai benang putus tinggal 159 helai menahan beban dan inipun tidak akan semuanya menahan beban, demikian seterusnya setiap putus helai benang berikutnya.

Beberapa variabel seperti antihan dan gintiran, nomor benang, dan kerataan mempengaruhi kekuatan per lea dan kekuatan per helai. Untuk benang tunggal, jika kekuatan per helai dikalikan dengan suatu angka diantara 90 (minimum) dan 130 (maksimum akan menghasilkan kekuatan (perkiraan) per lea. Untuk benang gintir angkanya lebih besar, yaitu kira-kira 115 sampai 145. Hal ini disebabkan karena pada benang gintir jumlah bagian benang yang lemahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan benang tunggal.

Jadi pengujian benang perlea merupakan cara yang mudah dan cepat, sekaligus dapat menentukan nomor benang, sedangkan pengujian per helai lebih teliti dan lebih lama waktunya sehingga lebih menunjukkan kekuatan yang sebenarnya dan dalam waktu yang bersmaan memberikan beberapa petunjuk titik-titik yang paling lemah pada benang.

Hasil pengujian per helai menunjukkan variasi kekuatan benang, maka datanya akan mempunyai variasi yang lebih besar daripada kekuatan per lea. Ini berarti lebih banyak pengamatan yang dilakukan pada kekuatan per helai daripada kekuatan per lea untuk benang yang sama dengan hasil rata-rata yang sama.

Mesin-mesin penguji Kekuatan Tarik

Pada semua mesin penguji kekuatan tarik selalu akan mempunyai :

Peralatan untuk menghasilkan beban
Peralatan untuk memegang contoh uji
Peralatan untuk mencatat atau menunjukka hasil pengujian.
Pada dasarnya ada tiga macam mesin penguji kekuatan tarik :

Mesin-mesin dengan laju tarik tetap (Constant Rate of Traverse), termasuk mesin ini adalah jenis Pendulum.
Mesin-mesin dengan laju beban tetap (Constant Rate of Loading), termasuk mesin ini adalah jenis Inclane Plane Tester.
Mesin-mesin dengan laju mulur tetap (Constant Rate of Elongation), termasuk mesin ini adalah jenis Strain Gauge.


Mesin-mesin Jenis Pendulum

Mesin ini mempunyai dua alat pemegang contoh (klem), yang salah satunya digerakkan dengan kecepatan yang tetap untuk menghasilkan beban tarik pada contoh uji, penjepit kedua yang memegang ujung contoh yang lain bekerja untuk menggerakkan pendulum. Walau gerakan penjepit dengan kecepatan tetap, karena pengaruh gerakan yang kecil dari penjepit kedua yang bekerja pada pendulum maka contoh uji tidak mulur dengan tetap. Kecepatan pembebanan tergantung pada perpanjangan contoh uji sehingga dalam pengaruh pada kecepatan pembebanan tidak tetap berbeda menurut bahan yang diuji.

Mesin jenis pendulum ini bisa digunakan untuk pengujian serat, benang, kain dan bahan tekstil lainnya, untuk kekuatan per lea atau kekuatan per helai benang. Mesin jenis pendulun biasanya dibuat untuk pengujian benang yang mulurnya normal, karena itu untuk benang sintetik yang mulurnya sangat besar mesin harus dimodifikasi untuk pengujian benang tersebut. Mesin ini dapat dibuat dengan macam-macam kapasitas, karenaitu mampu melayani pengujian kekuatan yang besar, tetapi pada mesin ini ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi ketelitian, misalnya inertia dari peralatan pendulum terlewat karena gaya momentum friksi dan pada umumnya ketepatan pembebanan peralatan nya yang menyebabkan kesalahan. Meski adanya kesalahan, mesin jenis ini tetap populer dalam industri tekstil karena harganya dan biaya operasinya murah serta ketelitiannya cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang rutin.

Prinsip bekerjanya mesin :

Contoh yang akan diuji ditempatkan diantara dua pemegang contoh. Untuk kekuatan tarik per lea, untaian benang diterapkan pada spool sebagai peggerak pemegang-pemegang contoh. Untuk kekuatan tarik benang per helai atau kekuatan tarik kain, bahan dijepit pada penjepit yang dipasang pada pemegang contoh.

Pemegang contoh yang di bawah digerakkan dengan kecepatan yang tetap (300 ± 10) mm per menit. Gerakan pemegang contoh bawah diteruskan oleh contoh bahan yang diuji ke pemegang contoh atas, sehingga gaya yang timbul juga diteruskan bahan ke pemegang contoh atas, selanjutnya ke bagian atas mesin melalui rantai dan peralatan pendulum seperti yang dapat dilihat pada skema mesin pada gambar 3.1 di halaman berikut.

Gaya yang ditimbulkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

W = berat pendulum dan lengan, maka :

Pz = WR

R = L sin θ, maka Pr = WL sin θ,

Karena r, w, dan L tetap, P berubah menurut perubahan sin θ, atau P = k sin θ,

Bila bahan yang tidak mulur diuji, maka beban akan bertambah sebesar k sin θ,. Sudut yang dipakai antara 9o dan 45o. Hasil pengujian diluar sudut tersebut tidak teliti lagi. Dalam batas tersebut pembebanan akan tetap kalau bahan yang ditarik tidak mengalami mulur, jika terjadi mulur maka pembebanan tidak lagi tetap. Karena pada pengujian bahan tekstil kecepatan pemegang contoh atas tidak akan sama dengan kecepatan pemegang contoh bawah, sehingga pada alat pendulum tidak bisa disebut mempunyai laju pembebanan yang tetap.

Pada alat ini juga bisa dipasang peralatan yang mencatat mulur, yang dibuat dengan titik nol bersumber pada pemegang atas, sedang ujung panjang yang lain bersumber pada gerakan pemegang bawah.





Peneraan alat penguji pendulum

Sebelum alat penguji digunakan sebaiknya dilakukan peneraan terlebih dulu. Persiapan sebelum melakukan peneraan antara lain harus menyediakan beberapa pemberat yang sudah ditera beratnya, alat-alat dalam pemasangan betul, dan kebersihan alat.

Mula-mula mesin dibiarkan dalam keadaan seimbang, pendulum dibiarkan berayun sampai pada titik habisnya, dalam keadaan demikian setel penunjuk ke titik 0. Kemudian satu beban yang diketahui beratnya dipasang pada klem atas, perlahan-lahan beban diturunkan lagi sampai mencapai keadaan seimbang lagi. Lebih baik kecepatan penurunan itu sesuai dengan kecepatan pada waktu kerja. Waktu berhenti, penunjuk haruslah tepat menunjuk angka yang sama dengan beban.





















Gambar 3.1 Gambar Alat Pendulum

Bila penunjukan lebih tinggi, ada beberapa penyebabnya, antara lain :

Pada mesin model kuno biasanya pendulum dipegang dengan menggunakan skrup, mungkin pemasang pendulum agak ke atas mendekati titik tumpu.
Ada bahan yang hilang dari pendulum
Beban pendulum dilepas dan pemasangan kembali lagi tidak pada tempatnya.
Biasanya kesalahan yang didapat pada waktu kalibrasi adalah penunjukan yang paling rendah, dan umumnya disebabkan karena friksi. Bila terjadi demikian harus dicek bearing pada poros atas. Karena bagian ini diminyaki dengan grease khusus, maka setelah bertahun-tahun kotopran mengumpul disana. Untuk membersihkannya, lepaskan bearingdan cucilah dengan gasoline atau pelarut lainnya. Setelah dibersihkan, bearing diminyaki lagi dengan vaselin putih.

Sebab lain terjadinya penunjukan yang lebih rendah mungkin gigi penunjuk yang kotor, maka harus dibersihkan dan diberi minyak pelumas sedikit pada poros dan gigi-gigi dari roda giginya. Kotoran-kotoran pada rantai, pada drum, bisa menyebabkan kesalahan, harus dibersihkan juga kotoran-kotoran pada gifgi-gigi kuadran harus dibersihkan.

Jika usaha memperbaiki sudah dilakukan tetapi masih juga terdapat penunjukan yang berbeda, tidak apa apa asalkan arah beda penunjukannya selalu tetap. Hal seperti ini bisa dibuatkan angka konversi atau angka kesalahan.

Kesalahan yang lain bisa disebabkan oleh jepitan yang tidak baik pada klem. Permukaan jepitan harus datar dan sejajar. Cara menceknya dengan menggunakan selembar kertas putih dan kertas karbon yang dijepit dengan klem. Jika bekas karbon tidak merata pada kertas putih, tandanya penjepitan pada klem tidak baik.


ALAT DAN BAHAN

Alat :

Asanometer

Bahan :
Benang kapas single Ne 28

LANGKAH KERJA

Memasang benang sesuai dengan alur yang ditentukan pada alat uji kekuatan tarik dan mulur benang per helai Asanometer

Memposisikan penunjuk kekuatan dan mulur pada posisi nol

Mengulur benang dari penjepit atas dan dijepitkan pada penjepit bawah

Menghidupkan mesin sampai benang putus

Membaca dan mencatat nilai kekuatan tarik dan mulur yang telah ditunjukkan pada angka penunjuk alat uji Asanometer



DATA PRAKTIKUM DAN PERHITUNGAN

No
Kekuatan (gram)
Mulur ( % )
(x – x )2
(μ- μ )2
1.
211
8,2
14,44
0,6084
2.
209
7,8
3,24
0,1444
3.
215
8,6
60,84
1,3924
4.
200
7,6
51,84
0,0324
5.
202
6,2
27,04
1,4484
6.
200
8
51,84
0,3364
7.
210
6,4
7,84
1,0404
8.
210
7,2
7,84
0,0484
9.
202
7,4
27,04
0,0004
10.
213
6,8
33,64
0,3844

x = 207,2
μ = 7,42
∑=285,6
∑=5,476




























Jarak jepit : 50 cm

Tenacity
SD = ∑( X-X)2n-1
= 285,610-1 = 5,6
CV = SDx
= 5,6207,2 x 100 %
= 2,7 %
Mulur
SD = ∑( (μ- μ )2)n-1
= 5,47610-1 = 0,78
CV = SD μ
= 0,787,42 x 100 %
= 10,5 %

Nomer benang dengan panjang 120 yard (109,7 m) dan berat 2,25 gram
Td = B x 9000P = 2,25 x 9000109,7 = 184,59
Tex = 1000 x BP = 1000 x 2,25109,7 = 20,51
Nm = PB = 109,72,25 = 48,75
Ne1 = P ( hank)B (lbs) = 120 x 453,62,25 x 840 = 28,8

Tenacity g/tex = kekuatan rata-ratatex = 207,2 ( gram)20,51
= 10,10 g/tex

Breaking length = Nm x kekuatan per helai ( rata-rata)1000
= 48,75 x 207,21000
= 10,101 km
DISKUSI

Praktikum kali ini membahas tentang cara menguji kekuatan tarik dan mulur benang per helai yang menggunkan asanometer sebagai alatnya. Pengujian kekuatan tarik dan mulur benang ini memerlukan tingkat ketelitian yang baik, karena sebelum melakukan pengujian, posisi pengantar benang harus sesuai dengan urutannya. Jika terjadi ketidak sesuaian akan menghambat proses praktikum.

Dalam melakukan penjepitan benang pada alat, harus diperhataikan tegangan benang tersebut, jangan terlalu tegang dan terlalu kendor. Hal ini diperlukan untuk memperlancar proses praktikum karena tegangan yang normal akan menghasilkan data yang akurat.

Saat praktikum bagian alat yang untuk menentukan mulur % harus dibantu dengan tangan dalam penggerakannya, karena jika tidak alat tersebut akan tidak bergerak sehingga menyebabkan hasil dari mulur tidak akurat dan tergolong rendah.

Setelah pengujian dilakukan praktikan akan meghitung tenacity (g/tex) dan breaking length dan hasil perhitungan akan mendapatkan angka yang sama besarnya yaitu tenacity (g/tex) = 10,10 g/tex dan breaking length sebesar 10,101 km. Dari angka hasil pengujian yang sama ini dapat dinyatakan bahwa pengujian yang dilakukan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.



KESIMPULAN

Asanometer yaitu alat yang digunakan adalam pengujian dari kekuatan tarik dan mulur benang per helai.

Jarak jepit dalam pengujian yaitu sebesar 50 cm

Dari data praktikum diperoleh :

Rata – rata kekuatan tarik benang = 207,2 g dan mulur = 7,42 %

Tenacity

SD = 5,6 g/tex dan CV = 2,7 %

Mulur

SD = 0,78 g/tex dan CV = 10,5 %

Tenacity = 10,10 g/tex dan Breaking length = 10,101 km



















UJI ANTIHAN DAN GINTIRAN

DENGAN TWIST TESTER

Maksud dan tujuan

Maksud

Praktikan mengerti cara Menguji antihan/gintiran (twist) benang

Tujuan

Praktikan mampu menjelaskan pengertian gintiran dan antihan benang.
Praktikan mampu menguji jumlah gintiran dan antihan.

Teori dasar

Pengujian jumlah antihan dan gintiran pada benang, apakah benang tunggal, gintir, cabel atau benang dengan kontruksi lain yang dibuat dari serat stapel atau filamen adalah penting, jumlah antihan dan gintiran pada benang dapat mempengaruhi sifat fisik benang, pemakaian benang (apakah untuk lusi, pakan atau rajut) dan juga kenampakan (appearance) hasil akhir.

Jumlah antihan pada benang adalah jumlah putaran (twist) pada benang tersebut per unit panjang dari benang dalam keadaan masih ada antihannya. Jumlah antihan dapat dinyatakan dalam meter (TPM) atau dalam inci (TPI)
Gintiran adalah putaran (twist) yang dimiliki oleh benang gintir. Jumlah gintiran dapat dinyatakan dalam meter (TPM) atau inci (TPI)
Cara lain untuk menyatakan jumlah antihan adalah dengan besarnya twist factor atau twist multiplier, yang dapat menggambarkan karakter benang karena pangaruh antihan tanpa menyebutkan nomor benang.
Twist factor adalah bilangan yang ditetapkan untuk menentukan antihan per meter yang sesuai, biasanya digunakan untuk benang filamen yang dinyatakan dengan rumus :



Dimana :
 = Konstanta pengali antihan
T = Nomor benang dalam tex
Twist multiplier adalah bilangan yang ditetapkan untuk menentukan antihan per inci yang sesuai, biasanya digunakan untuk benang stapel yang dinyatakan dengan rumus



Keterangan :
 = Konstanta pengali antihan
N = Nomor bebang dalam Ne1
Pemilihan harga  tergantung pada pemakaian benang apakah akan digunakan untuk benang lusi, pakan, rajut atau yang lainnya. Sebagai pedoman, untuk benang kapas dapat dipakai ketentuan harga  sebagai berikut :
Tabel Konstanta () Benang
Jenis Benang

Benang lusi
Benang pakan
Benang rajut
4,75
3,50
3,00


Arah antihan atau gintiran pada benang dibedakan atas arah kanan atau “S” dan arah kiri atau “Z” seperti terlihat pada gambar dibawah ini :







Gambar Arah Antihan Atau Gintiran

Cara untuk menentukan arah antihan atau gintiran adalah sebagai berikut : pegang ujung contoh benang yang berukuran pendek diantara ibu jari dan telunjuk dari kedua tangan, kemudian putarlah dengan tangan kanan kearah kanan (arah jarum jam), apabila antihan atau gintiran terbuka berarti arah antihan atau gintiran adalah Z, sebaliknya apabila diputar kekiri (berlawanan arah jarum jam) antihan atau gintirannya terbuka maka berarti antihan atau gintiran tersebut arah S. Biasanya untuk benang-benang tunggal arah antihannya Z sedangkan benang-benang gintir arahnya S agar diperoleh benang yang seimbang.



Alat dan bahan

Alat :

Alat uji antihan Twist tester

Gunting

Bahan :

Benang kapas single



Langkah kerja

Mengatur jarak jepit sesuai jarak yang ditentukan yaitu 10 inci.
Mengaktifkan mesin dengan menaikkan switch ke posisi ON
Mengatur posisi kedua switch pengatur arah putaran berlawanan dengan arah antihan atau gintiran pada benang yang akan diuji
Mengatur posisi jarum penunjuk pengatur mulur (ada pada penjepit pasif) pada skala 3 mm
Memasang beban sesuai dengan nomor benang yang akan diuji
Memasang benang pada dudukan benang, menjepitkan pada penjepit pasif kemudian pada penjepit aktif sambil mengatur posisi jarum penunjuk mulur supaya ada pada pada skala 0. Potong ujung benang diluar klem yang berputar dan sisakan sepanjang kurang dari 25 mm atau 1 inci.
Menekan tombol “start” untuk memulai pengujian.
Mengatur kecepatan putaran dengan memutar tombol pengatur rpm sesuai skala
Menjalankan alat sehingga putaran klem penjepit menbuka antihan. Pada saat benang mulai mulur, menghentikan alat sementara dengan menurunkan kecepatan pada skala 0 dan lepaskan beban. Melanjutkan putaran hingga antihan terbuka dan selanjutnya putaran memberi antihan yang arahnya berlawanan. Memasang kembali beban pada saat jumlah putaran cukup bagi benang untuk menahan selip serat. Lanjutkan putaran hingga penunjuk mulur kembali ke posisi 0.
Menhentikan putaran dengan menekan tombol “stop”.
Membaca dan mencatat jumlah putaran pada alat hitung putaran dan arah antihan
Melepaskan contoh uji
Menghitung besarnya antihan yaitu jumlah putaran dibagi dengan (2 x 10) dalam satuan per inci.
Mengulangi pengujian sebanyak 10 kali


Data praktikum dan perhitungan

No.
TPM
(x – x )2
1.
547
5126,6
2.
673
2958,4
3.
639
416,2
4.
565
2872,9
5.
638
376,4
6.
556
3918,8
7.
640
457,9
8.
615
12,9
9.
670
2641,9
10.
643
595,4

x = 618,6
∑ = 19378,4


TPI = TPM39,37 = 618,639,37 = 15,7

∝ = TPINe1 = 15,730 = 2,87

SD = ∑( X-X)2n-1
= 19378,49 = 46,4
CV = SDx
= 46,4618,6 x 100 %
= 7,5 %
Diskusi

Pengujian antihan dan gintiran benang single yang menggunakan alat twist tester ini dilakukan sesuai dengan nomer benang yang didapat praktikan, sehingga jika praktikan belum mengetahui nomer benangnya maka harus dicari terlebih dahulu nomer benangnya. Nomer bennag ini berhubungan erat dengan beban yang digunakan dalam praktikum dengan alat twist tester ini.

Dalam benang single dapat dilakukan dengan cepat jika dibanding dengan benang gintir. Arah dari gintiran juga harus diperhatikan, arah nya S atau Z. Penentuan arah gintiran ini diperlukan untuk mengetahui arah putaran alat yang digunakan. Karena apabila tidak distel terlebih dahulu, pengujian akan gagal. Penyetelan arah gintiran ini cukup dengan menekan tombol pada alat uji twist tester.

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum, diperoleh kesimpulan data sebagai berikut :

Twist tester adalah alat yang digunakan adalah pengujian antihan dan gintiran benang

Rata – rata twist (TPM) adalah 618,6

TPI = 15,7 dan ∝ = 2,87

SD = 46,4 g/tex dan CV = 7,5 %

UJI GRADE BENANG

Maksud dan tujuan

Maksud

Praktikan mampu melakukan pengujian grade benang dan kringkle benang kapas

Tujuan

Paraktikan mampu menjelaskan pengertian grade benang.
Praktikan mampu membandingkan grade benang kapas.
Teori dasar

Di dalam perdagangan kenampakan dari benang merupakan faktor yang penting dalam menentukan mutu maupun harga dari benang. Pemeriksaan kenampakan benang meliputi antara lain :
Kebersihan, yaitu mengenai banyak sedikitnya kotoran (kulit biji, sisa-sisa daun dan kotoran lainnya).
Kerataan benang, yaitu meliputi banyak sedikitnya nep dan slub, rata tidaknya antihan atau gintiran dan sebagainya.
Berbulu atau tidak
Warna
Kilau
Pegangan
Cacat
Menilai kenampakan benang begitu saja memang sukar kerena sifat penilaian yang subjektif. Bisa saja terjadi suatu benang dinilai bagus kenampakannya oleh seseorang tetapi jelek oleh orang lain.

Untuk menyeragamkan penilaian biasanya menggunakan alat pembanding. Dalam hal kenampakan tertentu misalnya nep atau cacat dapat dengan cara menghitung jumlah nep atau cacat tersebut setiap panjang tertentu.

Grade benang kapas ditentukan dengan cara membandingkan secara visual dengan foto grade standar. Grade standar benang ini pada mulanya dibuat oleh Departemen Pertanian USA yang kemudian dipakai dan disebarluaskan oleh American Society for Testing And Material (ASTM).
Standard ini terdiri dari lima papan yang telah dibalut oleh benang yang memiliki nomor tertentu dan dengan kerapatan per inci yang tertentu pula. Ketentuan tersebut sesuai dengan table berikut ini :

Tabel Jumlah Benang Per Inci Pada Grading Benang

Nomor benang (Ne1)
Kerapatan Benang per Inci pada papan
3,0 – 7,0

7,0 – 16,5

16,5 – 32,0

32,0 – 65,0

65,0 – 125,0
16

20

26

38

48
Masing-masing papan tersebut terdiri dari lempat macam standard grade yaitu : A, B, C, dan D, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :


Gambar Standar Grade Benang Kapas

Untuk menentukan grade suatu benang, mula-mula benang tersebut digulung pada papan hitam yang berukuran 5 x 9 inci dengan alat yang biasa disebut Yarn Inspector atau Seriplane, seperti terlihat dibawah ini :



Gambar Alat Penggulung Benang (Yarn Inspector)

Setelah benang digulung dengan kerapatan yang sesuai, kemudian hasil penggulungan itu dibandingkan dengan standar grade secara visual dan gradenya dicatat sebagai grade A, B, C, D atau grade pertengahannya yaitu plus atau minus. Pemeriksaan grade karena dilakukan secara visual maka mengandung banyak kemungkinan variasi hasilnya. Karena itu agar variasi tersebut dapat diperkecil, maka cara pengamatan distandardisasi dalam cara membandingkan, misalnya sinar yang dipakai, sudut jatuhnya sinar ke papan dan sebagainya. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan lebih dari satu orang dan hasilnya dirata-rata.

Standar kondisi pada saat membandingkan sebagai berikut :

Warna dasar meja inspeksi adalah gelap atau hitam
Jarak antara papan inpeksi dengan penguji 300 mm
Terdapat dua lampu yang menyerupai sinar matahari (day light) dengan daya 150 watt, yang terletak di bagian depan atas dan bagian depan bawah papan grade.
Untuk keperluan analisa data biasanya penilaian grade diatas diberi nilai angka, angka-angka index yang disarankan untuk masing-masing grade adalah sebagai berikut :

Tabel Grade Benang dan Index-nya

Grade
Penilaian
Index
A dan diatasnya

B+

B

C+

C

D+

D

BG
Exellent

Verry Good

Good

Average

Fair

Poor

Very Poor

Below Grade
130

120

110

100

90

80

70

60
Alat dan bahan

Alat :

Alat penggulung benang Asano Machine yang dilengkapi dengan:
Pengatur tegangan
Traverse yang dihubungkan dengan pengatur kerapatan benang
Meja Inspeksi
Papan hitam dengan ukuran (140 x 240) mm atau (5,5 x 9,5) inci
Foto grade standar benang
Bahan :

Benang kapas single

Langkah kerja

Memasang papan hitam pada tempatnya, atur letaknya sampai tidak menyentuh rol pengantar benang.
Memasang benang dengan melewatkan pada pengantar benang, lappet, tension dan rol pengantar, kemudian ikatkan pada papan hitam.
Mengatur kerapatan benang yang akan dipakai.
Menghidupkan mesin dengan menekan tombol ON.
Menarik handle agar pengantar benang bergerak ke sebelah kiri untuk memulai penggulungan
Menghentikan mesin dengan menekan tombol OFF bila penggulungan telah selesai,
Melepaskan papan dari tempatnya. Mengembalikan pengantar benang ke sebelah kanan dengan membuka switch pengunci ke posisi kiri, setelah ada di sebelah kanan Mengembalikan switch pengunci ke posisi kanan.
Membandingkan benang yang tergulung pada papan hitam dengan papan standar grade.
Melakukan pengujian sebanyak 5 kali dan benang digolongkan dalam suatu grade apabila empat dari lima contoh uji tadi sesuai dengan standar dan sisanya, grade tidak lebih rendah dari grade yang lebih rendah berikutnya.
Untuk tujuan pengendalian mutu atau penelitian maka bila suatu contoh ui berada diantara dua grade standar, maka gradenya adalah grade yang rendah ditambah “plus”. Pada dasarnya tanda “plus” dapat digunakan untuk suatu contoh uji yang lebih baik dari grade standar tapi masih jauh dari grade yang lebih tinggi berikutnya. Demikian pula tanda “minus” untuk contoh uji yang kurang dari grade standar tapi masih jauh dari grade yang lebih rendah berikutnya.
Untuk membandingkan grade dari lot yang berlainan maka dapat ditempuh dengan menghitung index rata-rata dari masing-masing lot berdasarkan table
Data praktikum dan perhitungan

Nomer benang : Ne1 28 sehingga kerapatan benang adalah 25

No.
Nomer benang
Kerapatan benang
1.
7,0 – 16,5
20
2.
16,5 – 32,0
25
3.
32,0 – 65,0
33
4.
65,0 - 190
48
No.
Grade
Index
1.
A
130
2.
A
130
3.
A
130
4.
A
130
5.
A
130
x
A
130
Hasil pengujian menyatakan bahwa grade benang yang diuji yaitu A

Diskusi

Pengujian grade benang ini diawali dengan cara menyusun beberapa cone benang yang memiliki nomer ebnang yang sama, jika nomer benang yang diuju berbeda maka tidak bisa sekaligus dalam mengujinya, harus bergantian.

Pengujian grade benang ini dilakukan dengan menekan tombol ON pada asano machine yang sebelumnya benang dililitkan pada papan hitam, usahakan dalam pemasangan papan ini tidak menyentuh batang pengantar, supaya tidak menghambat kerja alat tersebut, sehingga sebelum menghidupkan mesin maka atur terlebih dahulu papan hitam tersebut.

Setelah asano machine dihidupkan maka secara langsung papan hitam akan berputar menggulung benang tersebut dana p5raktikan dapat menunggu hasilnya saja, setelah ditemukan hasilnya maka praktikan dapat langsung membandingkan pada papan grade benang yang sesuai dengan nomer benang yang ada, praktikan harus memperhatikannya secara visual dengan teliti sehingga data yang dihasilkan akurat. Dalam membandingkan ioni posisi praktikan berdiri jangan terlalu dekat dengan hasil pengujian, usahakan jaraknya kurang lebih sejauh 1 meter dari pandangan praktikan. Kemudian praktikan mencocokkan satu persatu pada papan grade yang tersedia dan menentukan yang paling sesuai, sehingga diperolehlah data grade benang yang diuji.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan data sebagai berikut :

Asano meter adalah alat yang digunakan untuk menguji grade benang

No.
Nomer benang
Kerapatan benang
1.
7,0 – 16,5
20
2.
16,5 – 32,0
25
3.
32,0 – 65,0
33
4.
65,0 - 190
48
Kerapatan benang yang digunakan yaitu 25, karena nomer benang praktikan yaitu Ne 28

Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan hasil grade benang yaitu A dan index 130

UJI CRINGKLE BENANG

Maksud dan tujuan

Maksud

Praktikan mengerti cara pengujian kringkle benang kapas

Tujuan

Praktikan mampu menjelaskan pengertian crinkle pada benang dan pengaruhnya pada proses selanjutnya
Praktikan mampu melakukan dan membandingkan grade kapas
Teori dasar

Didalam pertenunan banyak masalah yang ditemui diantaranya adalah peluncuran benang pakan, masalah yang ditimbulkan dari peluncuran benang pakan misalnya adalah : crinkle (snarling), pakan tidak sampai, pakan dobel, terbuka antihan dan putus pakan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah snarling dan antihan terbuka adalah dengan melakukan proses Steam Setting dengan alat VHS (Vacuum Heat setter) yaitu pemantapan antihan dengan menggunakan tekanan uap panas. Proses ini terutama ditujukan untuk benang-benang yang menggunakan serat sintetik seperti poliester, dengan maksud untuk mendapatkan kestabilan antihan yang baik.

Pembuatan kain georgette pada umumnya menggunakan benang polyester dengan diberi antihan tinggi. Poliester mempunyai sifat torque, yaitu kemampuan suatu bahan untuk melawan pemberian antihan yang tinggi. Dengan adanya antihan yang tinggi, torquenya juga semakin tinggi sehingga benang cenderung membentuk crinkle. Benang yang cenderung membentuk crinkle akan menyulitkan dalam proses selanjutnya, selain juga akan mengakibatkan cacat pada kain.

Untuk mengetahui apakah benang yang telah diproses steam setting memiliki nilai crinkle yang sesuai dengan yang dipersyaratkan atau tidak, dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan Cringkle Factor Meter.

Standar crinkle berdasarkan Manual Book Crinkle Factor Meter adalah seperti pada tabel berikut ini:
Tabel Nilai Crinkle
Nomor Benang
Jenis Serat
Kr
20

28

34

34

34

28

34

50
Kapas 100%





Campuran kapas 84%



4,6

4,6

4,675

3,95

4,65

4,425

4,3

3,925
Dari hasil percobaan nilai crinkle dibawah 4,5 kemungkinan tidak akan ada masalah pada proses selanjutnya yaitu proses pertenunan.

Alat dan bahan

Alat :

Papan berskala (Kringkle Factor Meter) yang dilengkapi dengan :
Klem
Penjepit benang
Pin
Dudukan benang
Pengantar benang
Beban
Bahan :

Benang kapas single

Langkah kerja

Meletakkan benang pada dudukan benang
Memutar tombol A pada posisi “Free”, Memegang ujung benang dengan tangan kiri dan Menarik dari bobinnya.
Menjepitkan benang pada penjepit B1  20 cm dari ujung benang. Prosedur ini dilakukan kerena kemungkinan bagian pinggir benang terbuka antihannya.
Memutar tombol A pada posisi “1 Cramp”
Dengan menggunakan pengantar G, mengarahkan benang pada pin C1, B2 dan seterusnya.
Bila sudah sampai B 6 memutar tombol A pada posisi “15 Cramp”
Menggantungkan beban pada benang masing-masing pada pin C1 sampai C5, dan mengeluarkan benang dari pinnya dan benang akan melilit.
Setelah benang mencapai keseimbangan, membaca masing-msasing ketinggian lilitan dari skala pada papan.
Melakukan pengujian ini sebanyak 5 kali.
Data praktikum dan perhitungan

No.
I
II
III
IV
V
1.
0
2.
0,4
3.
0,2
4.
1
5.
0,8
Diskusi

Praktikum menguji grade kapas ini dilakukan menggunakan alat uji cringkle tester dengan cara mengaitkan benang pada penghantar yang ada dan memberikan pemberat kemudian benangnya dilepas dan praktikan dapat melihat putaran benang tersebut pada garis skala yang menunjukkan besar kringkle benang.

Saat melilitkan bennag pada penghantar, uasahakan benang dalam keadaan yang normal, jangan terlalu kencang, hal ini akan berakibat benang putus, dan jangan terlalu kendor, hal ini akan mempengaruhi putaran benang yang menunjukkan besar kringkle nya.

Dalam satu helali benang yang telah dililitkan dan diberi pemberat akan menghasilkan data besarnya kringkle yang berbeda, tapi tidak menutup kemungkinan hasilnya sama. Kringkle yang besarnya relatif kecil menyatakan bahwa benang tersebut memiliki kualitas yang baik.

Kesimpulan

TINGGAL EDIT

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pengujian kringkle benang menggunakan alat uji kringkle benang Kringkle Factor Meter

Nilai rata – rata kringkle yang dihasilkan 0,39

SD = 0,25 g/tex dan CV = 64,1 %



DAFTAR PUSTAKA

Martina, Tina.dkk. 2006. Pedoman Praktikum Evaluasi Fisika 1 ( Serat ). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.